Monday, April 16, 2012

Catatan Mudik di Bumi Pertiwi (3): Selalu Merenungi Kematian




Lagi-lagi program liburan kami berubah, kecondongan hati mengikuti keinginan orang tua dan sosok ortu kami sedang doyan punya perubahan dadakan, beginilah liburan di Indonesia, rute Jakarta, Batam dan Palembang akan kami jalani. Jauh panggang dari api, tak ada istirahat dan impian untuk leyeh-leyeh ternyata tinggal kenangan, sama saja di Krakow atau di bumi pertiwi, saya tetaplah berkutat dengan pernak-pernik ragam urusan dalam rumah tangga.

Istilah orang betawi, ‘belum juga narik nafas nih ye…’ tiba-tiba ponsel kami berdering, hari selanjutnya Nini (sebutan bahasa Sunda : nenek) sedang koma di ruang ICU rumah sakit. Hati ini bergetar, mungkin saja memang beliau menanti perjumpaan dengan kami dan ketiga cicit pertamanya ini, pikirku tatkala mendengar kabar itu. Beliau sudah lumpuh beberapa tahun terakhir dan dirawat oleh suster pengasuh jompo di kediamannya.


Jangan berprasangka kalau kami tak peduli padanya, duhai teman. Sungguh suamiku yang merupakan cucu kesayangan aki nini, pernah berurun ide agar kami merawat nini-aki suatu hari nanti (itu rencana dahulu, di kala awal pernikahan kami). Namun jangankan mau menjalani hari untuk merawat beliau berdua, sewaktu kami mabit dua hari saja di kediaman yang megah itu, semua barisan pakdhe dan budhe, tante dan om sibuk meneleponi para pembantu di sana, kasak-kusuk menanyakan tentang seberapa dekat obrolan kami dengan nini-aki. Entahlah, sepertinya mereka punya keributan di belakang layar mengenai sisa-sisa harta warisan. Kami yang sibuk dengan urusan kuliah dan merajut cita-cita sakinah mawaddah wa rohmah dalam berumah tangga tentu tak mau ikut pening dengan kasak-kusuk mereka. Terakhir kali jumpa nini aki adalah 5 tahun lalu ketika kami mau berangkat ke Bangkok, Azzam masih balita.

Singkat cerita seusai mengkonfirmasi tiket ke Batam, kami menuju rumah sakit di bilangan Cinere, bergantian menyaksikan sosok rapuh sang nini yang kami sayangi. Mama mertuaku hanya beberapa detik memasuki ruang ICU, bergantian dengan suamiku yang juga hanya beberapa detik, “Ya Allah, aku gak kenal lagi wajah nini dah kayak githu….”, bisiknya ketika keluar dari ruang ICU. “Kok cepat banget sih?”, balasku. “Aku gak kuaaaaat…. Sediiiih liat nini….”, bisik Abu Azzam lagi dengan suara tersekat.

Seperti biasa, lanjutannya baca disini (link-Kisah Eramuslim) yah teman-teman... :-)

Barokallohulakum, salam ukhuwah dari Krakow! (^-^)

Tuesday, April 3, 2012

Catatan Mudik di Bumi Pertiwi (2): Perjalanan Lancar Bersiram Do'a





Eve menolongku menyetrika, sudah sebulan ini, ia datang setiap akhir pekan seusai les menggambar yang diikutinya.

Ia adalah seorang siswi high school (SMU, kalau di Indonesia) yang cerdas dan sedang mempersiapkan diri masuk universitas idaman di tahun depan. Biasanya Eve hanya datang seminggu sekali karena kegiatan menolong pekerjaan rumah di appartemenku ini hanyalah memanfaatkan waktu luang baginya, serta menambah uang tabungan untuk persiapan di universitas kelak.

Namun seminggu sebelum kami mudik, Eve tak banyak ujian di sekolah, maka ia bilang bahwa ia mau membantuku lebih banyak lagi dalam hal persiapan packing mudik.

Ia bersihkan dua kamar kecil dan rak-rak buku, ia setrika tumpukan pakaian yang akan kami bawa, bahkan sehari sebelum berangkat pun, ia menyempatkan diri untuk mengajari Azzam dalam kelas bahasa Polish dan menjelaskan mengenai beberapa buku Pe-Er yang harus dibawa Azzam buat liburan ke Indonesia.

Keberadaan Eve dalam tiap kunjungan bantuannya amat mempermudah tugas rutinku. Apalagi ia pandai memikat hatiku, sebagai contoh ketika ia memahami ketidak-berdayaanku saat flu berat melanda, maka ia datang di pagi hari sebelum jam sekolah siang bertepatan saat itu tak ada ujian, ia bantu membersihkan WC, ruang tamu, dan ia lap rak sepatu, juga ia sempatkan membuat kue bolu sebagai teman minum teh hangat buatku.

Ia bisa cepat tanggap ketika kuajarkan cara membersihkan kompor dan merapikan dapur. Saya telah menganggapnya sebagai saudari sendiri, bukan sebagai maid atau asisten. Alhamdulillah.

Setelah berpelukan erat, Eve bilang, “Titip salam buat keluargamu di Indonesia yah, kalian pasti senang sekali karena bisa berkumpul dan berlibur…”, “Tentu saja…nanti kita sms-an yah, Eve…terima kasih sudah menolongku…,”ujarku, sebelum ia mengucap Do widzenia, Do zobaczenia sambil tersenyum & melambaikan tangan.

:-)

Hari itu turun salju lebat---yang tadinya hanya rintik-rintik, salah satu sister yang ingin mengunjungiku batal datang, dengan bersedih ia tulis sms, ”My Ry, kochane... please come back soon for me. I love you so much, take care and have a safe trip, honey....”. Kami berbalas sms dengan saling mendo’akan, sisterku ini baru beberapa hari menjadi muslimah.


Silakan lanjutin di link-Kisah- Eramuslim yah... :-)

Salam Ukhuwah dari Krakow, Barokalloh!