Monday, October 31, 2011

Muallaf Krakow Berbagi Kisah (6) : Menjaga Kesucian Cinta



Tadinya brother Hasan adalah aktivis Gereja yang sangat sibuk, sejak usia sekolah hingga lulus universitas, dia memang amat aktif di berbagai kegiatan. Suatu hari, ia jatuh cinta, waduh, ia gambarkan suasana hati yang amat fantastis, setiap hari terbayang-bayang ‘si wanita yang dicintai ini’.

Perempuan cantik bermata biru yang biasa dilihatnya melalui jendela apartmen, ternyata adalah seorang mahasiswi di universitas lain, beberapa menit perjalanan bus kota dari rumahnya. Mungkin si cewek punya teman yang rumahnya berdekatan dengan brother Hasan.

Hasan bukan orang yang agresif, dia hanya memendam rasa cinta tersebut. Ia memang selalu terbayang-bayang wajah si cewek di kala momen apa pun juga, ibarat lagu dangdut Indonesia, “Mau makan, teringat dia…Mau tidur, teringat dia…”, pokoknya capeeek deh, masa’ sih ingat dia melulu, bisa mengganggu konsentrasi dalam aktivitas lainnya. Namun Hasan tidak menjadi ‘gelap mata’, ia perlahan mencari tahu tentang si cewek, yah dipikirnya, “Siapa tahu memang jodoh…”, kira-kira begitu.

Suatu hari, Hasan kaget, si cewek memakai kain di kepala, (seperti kerudung) padahal kain itu adalah syal panjang. Melalui teman dari cewek itu, Hasan jadi tahu bahwa cewek bermata biru itu sudah menjadi Muslimah. Lantas Hasan menggunakan ‘ilmu dari Paman Google’, ia cari segala hal tentang Muslimah, apakah Muslimah itu? Bagaimanakah kehidupan Muslimah? Kenapa Muslimah berpakaian seperti itu? Dan lain-lain. Dengan cara ‘keluyuran’ di media-media Internet pula, Hasan menemukan berbagai informasi tentang Islam. Ia amat tertarik akan agama ini.

Hikmah akan kisah brother Hasan dapat langsung dibaca di artikel Kisah-Eramuslim link berikut yah :-)

"Semoga menjadi iktibar buat kita semua, Allah ta’ala mengingatkan kita, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa (kepadaNya) dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."(QS. Ali-‘Imran [3] : 102)

Mohon turut dido’akan, semoga kita selalu berbalut hidayah Islam, dalam perlindungan dan cinta-Nya. Wallahu’alam bisshowab.

Barokalloh... salam ukhuwah dari Krakow...

Tuesday, October 11, 2011

Muallaf Krakow Berbagi Kisah (5) : Muslim, Bersih Raga dan Jiwa




Diawali dengan rasa jijik, ternyata membuahkan sinar hidayah-Nya di hati Habibah. Sister ini sangat jijik dengan ‘tradisi’ keseharian teman-temannya, misalkan orang-orang sekelilingnya makan sambil jalan (tangan kiri pula! Atau sambil menyuapi anjing pula!), menyapa dengan siapa pun saling cium pipi meski bukan mahram, bergonta-ganti pasangan tanpa resmi menikah, dll.

Sejak kecil, Habibah sangat memperhatikan kebersihan. Ia lebih nyaman menggunakan tangan kanan kalau makan, dan tangan kiri untuk keperluan di kamar mandi. Sister Habibah mengenal Islam ketika berhasil membaca berbagai informasi rukun islam dan tentang kehidupan muslim di internet, Krakow memang amat minim orang muslim, sebab kota ini dulu tidak ‘tersentuh’ kekhalifahan Utsmani sebagaimana kota lain di Eropa yang banyak dihuni muslim Turki, atau bangsa Arab.

Sungguh Maha Hebat, Duhai Allah… siapa pun yang dikehendaki-Nya untuk memperoleh cahaya Islam, maka pastilah ada jalan petunjuk itu, datang dengan berbagai cara. Sister Habibah merasakan cahaya Islam datang langsung melalui bisikan hati, ia ‘menemukan info’ tentang keislaman dengan mencari tahu sendiri. Salah satu kalimat yang paling menyindir hatinya adalah sebuah pertanyaan di forum anak muda luar negeri, “Kenapa muslim dilarang berkencan?” dan ada pertanyaan lain, “Kenapa muslim tidak boleh berciuman?”. Ketika itu nuraninya sangat penasaran, “oooh, muslim itu agama apa yah? Kenapa muslim tidak boleh berkencan yah? Trus, bagaimana cara berkenalan dalam aturan muslim yah?...”, dan lain sebagainya, pertanyaan-pertanyaan beruntun jadi berlanjut memenuhi pikirannya. Ia sangat tertarik membaca jawaban muslim dalam hal itu, bahwa ‘hubungan yang halal adalah pernikahan’, tak ada istilah kencan atau sejenisnya, membuat ia terkejut tatkala mengetahui bahwa urusan “jabat tangan ataupun cium pipi dengan nonmahram ternyata haram”. Ia jadi makin sering membaca literatur islam.

Pencarian dengan motivasi nurani sendiri tanpa teman muslim di areanya memang sudah digariskan-Nya sebagai jalan bagi Habibah dalam memperoleh ilmu dan hidayah-Nya. Padahal waktu itu Habibah masih remaja, ia tidak pernah memakai gaun-gaun ‘trendy alias sejenis kaos bertali tanpa lengan’, ia jijik memakai pakaian yang terbuka-buka demikian, lalu di tingkat satu selevel SMA, ia pergi ke kota lain yang memiliki Islamic-Centre. Ia katakan kepada muslim yang ada disana, “Saksikanlah Saya adalah muslimah, Saya sudah tau rukun-rukun islam, dan dengarkanlah sekarang saya sudah lancar melafadzkan syahadat…”, semuanya terharu. Bahkan Habibah menyiapkan syal dan ia lilitkan pada kepalanya, syal panjang itu menutupi auratnya terjulur rapi dibawah dada. Subhanalloh…

Bagi Habibah, ia rasakan sebenarnya sejak lahir ia adalah muslimah, namun orang tua-lah yang mengajarkan tentang agama selain Islam tersebut. Berkali-kali ia utarakan, bersyukurlah bagi kalian yang nenek moyang, orang tua, dan saudara-saudari kandung telah memeluk islam sejak lama. Sementara dirinya yang amat menyayangi keluarga, merasa masih bersedih hati karena keluarga kandungnya bukan muslim. Adiknya yang menginjak usia remaja bahkan jauh ‘terbang’ hidup bebas terbawa arus pergaulan remaja masa kini.

Allah SWT berfirman, yang bermakna, “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS.Ali-‘Imran[3]:83). Sister Habibah amat kagum tatkala mengetahui bahwa kitab suci Al-Qur’an tak pernah berubah atau dirombak-rombak isinya, sebagaimana kondisi bible. Serta yang bersujud dan memuji nama Allah ta’ala bukan hanya manusia, melainkan juga makhluk lain ciptaan-Nya, hewan-hewan, tumbuhan, seluruh isi jagat raya ini bertasbih, mengagungkan Allah ta’ala, Sang Maha Pencipta, Maha Kuasa.

Ia pun merasa wajar jika ‘cap eksklusif’ sering dilabelkan kepada umat Islam, sebab muslim dan muslimah senantiasa menjaga kebersihan, bersih jiwa dan raga. Kita dididik untuk menjaga kehalalan rezeki, makan makanan halal dan baik, minum air bersih, susu segar dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Aturan Islam sangat komplet, kita berdo’a sejak bangun tidur hingga akan tidur kembali. Kita diajarkan bersuci dengan mengikuti sunnah rasul-Nya, ada tata cara mandi junub, berwudhu, tata cara bergaul, adab-adab berteman, tidak berbaur antara wanita dan pria, dan lain sebagainya. Selanjutnya, jika banyak terjadi penyimpangan sikap dan prilaku muslim, melanggar rambu-rambu-Nya, maka yang salah bukanlah agama atau aturan Islam-nya, melainkan tergantung pada pribadi-pribadi muslim yang menjalani. Meskipun bertebaran muslim di berbagai sudut bumi, belum tentu merupakan mukmin, kalau disaring ‘jumlah insan yang berkualitas taqwa’, tentu lebih sedikit dari keseluruhan umat Islam. Dimana pun jua, orang non-muslim bertebaran memamerkan aurat, menjual makanan non-halal serta meneguk minuman beralkohol, dan godaan lainnya.

Habibah yang belia menggunakan hijabnya di sekolah, ternyata teman-teman wanitanya banyak yang tertarik dan bertanya tentang agama Islam. Beberapa adik kelasnya yang berprestasi pun akhirnya mengikuti jejak hidayah itu, subhanalloh, perlahan akhirnya Saya jadi mengenali sister lainnya satu-persatu, ternyata banyak muallaf di Krakow! Saya kagum pada perjalanan ‘pencarian Tuhan’ bagi mereka, sisters dan brothers yang masuk Islam ini biasanya sangat cerdas dan berprestasi, bahkan ada sejenis sebutan di dunia psikologis yang menggambarkan ‘sedikit gila’ bagi kaum cerdas yang memiliki perubahan emosi sangat cepat seperti mereka. Mereka biasanya akan terlihat lebih dewasa saat bicara, terbukti dengan kemantapan hati tatkala berislam.

Baca lanjutan pesan sister Habibah di Kisah-Eramuslim, link berikut ini saja yah :-)

#Sarapan minum susu jadi makin segar, Didoain dari jauh jadi makin tegar#


Salam Ukhuwah dari Krakow, Barokalloh always.... (^-^)

Wednesday, October 5, 2011

Muallaf Krakow Berbagi Kisah (4) : Saya Yakin Bahwa Tuhan Pasti Ada

Kali ini resapilah suasana nurani seorang Fateema, nama hijrah dari saudari kita, Kinga. Ia pun amat bahagia kala menikmati suasana berbuka puasa bersama, Ramadhan 1432 Hijriyah ini. Tanpa segan dan dengan humoris, ia sering bilang, “Izinkan saya jadi Cleaner, nih… Saya mau menyikat kamar mandi (kamar mandi masjid Krakow masih rusak dan sangat kotor, belum direnovasi), saya mau membersihkan WC dan mengepel lantai masjid kita. Asyiknya bersih-bersih, hehehe…” tadinya dia mengirimkan SMS kepadaku berisikan kalimat itu. Tak tampak lelah dan letih, ia begitu bersemangat menyambut Rabu dan Sabtu sore, hari dimana kami berbuka puasa bersama. Sayangnya dua kali pertemuan kami absen berkumpul, sebab tiba-tiba ada kesalahan potong kabel listrik oleh brother yang sedang membantu renovasi masjid, sehingga keadaan ruang masjid amat gelap dan makin lembab, tidak memungkinkan berkumpul bagi sisters Muslimah.

Terlahir dan dibesarkan oleh orang tua yang Atheis (golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan), Fateema tentu memiliki hati yang memberontak, “Mana mungkin tidak ada Tuhan?! Siapa pencipta alam? Siapa pencipta diri kita? Siapa yang mengatur bumi dan seisinya? Siapa yang memberikan kehidupan dan sekaligus mengatur kematian? Dan lain-lain, sebegitu banyak pertanyaan berkecamuk dalam dada ini, rasa marah, kesal karena penasaran membuat saya sering emosional dalam keseharian…” tutur Fateema.


Usianya masih sepuluh tahun lebih muda dariku. Melihat gaya bicara dan ghirahnya bagaikan bercermin pada diri ini, sepuluh tahun lalu ada kesamaan prihal ‘gebrakan hati’, saya bertekad untuk menikah di usia muda. Lalu Allah memberikan jalan terbaik-Nya, dan tercapailah perjumpaan dengan imamku, meskipun banyak kegetiran dan kekhawatiran orang tua pada ‘gebrakan anak muda’ seperti yang kami lalui. Pernikahan kami semakin solid seiring bertambahnya ilmu dan keimanan pada Allah ta’ala, Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Sedangkan ‘gebrakan hati’ seorang Fateema, ia bertekad untuk menemukan jalan Tuhan, pasti Tuhan itu ada, pasti Dia yang mengatur seisi alam ini. Getaran hidayah, begitulah kondisi dalam jiwa tulus yang mendambakan cinta sejati-Nya.


Dari kota tempat tinggalnya, bila perjalanan menggunakan mini-bus ke Krakow, memakan waktu 40 menit. Fateema berkenalan dengan sister Aysha dalam forum tanya jawab Islam baru dua bulan lalu, kemudian ia berkenalan dengan mahasiswa Muslim lain yang ada di Krakow. Tak ada kalimat yang bisa menggambarkan situasi hatinya ketika ia memantapkan syahadat nan bermakna, “Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah…” sister Fateema melafadzkan kalimat itu di kala ‘group ekskul sekolahnya’ mengadakan liburan ke Mesir. Maka tatkala ia telah menjadi Muslimah, ‘searching’ teman Muslimah lain merupakan hobi barunya.

“Saya sangat tahu keadaan keluargaku ini, sister… mereka doyan mabuk-mabukan. Kalau saudaraku tahu bahwa aku sudah menjadi Muslimah, ia bisa saja membunuhku! Kalaulah Papaku tahu pula, ia bisa membunuhku untuk kedua kalinya! Bayangkan saja ketika aku memulai ngobrol, ‘Papa, saya tertarik pada sebuah agama, namanya Islam,’ Papa malah langsung ngamuk dan tanpa ba-bi-bu ia berkata, ‘What’s?! Hentikan ketertarikanmu! Itu adalah agama teroris! Saya bunuh kamu kalau jadi Muslim, karena berarti kamu juga teroris!’ maka saya yakin bahwa saat ini bukanlah momen yang tepat untuk memberitahukan mereka mengenai kemuslimahan saya…” Subhanalloh… sister kita ini mengalami cobaan dahsyat dalam keluarga, benarlah kalimat yang sering kita dengar, bahwa saudara kandung bisa saja menjadi musuh dan terputus hubungan jika berbeda keyakinan. Sedangkan ikatan persaudaraan dalam keimanan pada-Nya, yaitu tali Ukhuwah Islamiyah merupakan ikatan kencang yang diridhoi-Nya, bahkan kita bisa saling mendo’akan dengan atau tanpa menyebut nama-nama kita, Allah ta’ala menjaga ketulusan ikatan suci ukhuwah ini dan kekuatan do’a kita sangat dahsyat. Sungguh indah wasiat rasul-Nya, Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintaidirinya sendiri.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Tahun ini adalah tahun keduanya di ‘high-school’ (setingkat SMU kalau di Indonesia), ia masih remaja. Masa ‘back-street’ berpuasa Ramadhan ini pun ia jalani, ia tidak mau orang tuanya curiga, terutama mama yang sangat perhatian pada anak-anaknya. Mama berkata, “Jangan lupa makan yah… makan siangmu tinggal dipanaskan saja di dapur…” maka sebelum Mama pulang bekerja, Fateema sudah ‘menyembunyikan’ makanan itu buat berbuka puasa nanti. Sholatnya pun masih sembunyi-sembunyi, kadang-kadang ia sholat tatkala orang tua pergi bekerja, kadang ketika ia jalan-jalan di mal ‘menumpang masuk ke ruang cuci tangan’ atau menumpang sholat di rumah temannya. Tapi karena orang tua dan keluarganya tidak ‘melek’ Internet, Fateema amat berani menyapa teman-teman Muslim secara online, ia pun sering berbagi cerita kepada teman lain yang ‘masih ragu’ dalam forum tanya jawab dan diskusi keislaman tersebut. Ia tegas meyakini, “Ragu-ragu (untuk berbuat baik) itu berasal dari setan, lho…”


Fateema sangat tertarik dengan kaligrafi, selain urusan masak-memasak. Kaligrafi bikinannya, bagus kan ? :-)


Lanjutan Kisah sister kita ini, langsung dibaca di TKP- Kisah Eramuslim link berikut, :-)


Tetap saling do'a, semoga makin optimis pada-Nya, barokalloh.... (^-^)