Monday, September 12, 2011

Muallaf Krakow Berbagi Kisah (3) : I Want to be a Muslimah Today!


pic : suasana ifthar sekaligus 'ajang curhat' :-)




Alhamdulillah...

Pengalaman sister Ummu Sofia pun amat berkesan. Ia tinggal di kota yang berjarak empat jam dari tempat kami. Bersuamikan seorang Muslim menyebabkan ia memasuki agama Islam pula. Namun hatinya berdegup kencang ketika ada seseorang wanita Poland (yang ‘namanya’ lumayan populer sebagai salah seorang yang biasa muncul di dunia hiburan televisi lokal) menemuinya tanpa disangka-sangka.

Agnieszka, sebut saja demikian, berlari menerobos gerimis salju nan dingin, kemudian dengan yakinnya bilang, “I want to be a Muslimah today… Saya menyesal telah menunda-nunda, beberapa jam lalu ada pizza with pork yang saya pesan di restoran, mudah-mudahan itu memang terakhir kalinya menu babi masuk ke perutku.” Ummu Sofia merinding mendengar kalimat itu. Perempuan yang berusia sekitar empat puluhan tahun di hadapannya mengetahui keluarga Ummu Sofia dari info Islamic-centre. Wanita itu baru beberapa tahun menjadi single-parent, sejak berpisah dengan Sang Suami yang pemabuk berat dan pengangguran. Peristiwa perpisahan itu justru tatkala Agnieszka telah mengetahui tentang agama Islam, ia baca-baca kitab suci Al-Qur’an (tafsir/terjemahan), salah satu hal yang ia yakini adalah: tidak mungkin Tuhan membiarkannya tersiksa bersuamikan seorang tak bertanggung-jawab, pemabuk, dan hanya berkata bahwa pernikahannya adalah abadi sampai mati serta semua dosa sudah ada yang menanggungnya! Agnieszka merasa bersalah ketika anak-anaknya harus menghadapi situasi teramat sulit, orang tua bertengkar setiap saat, tamparan Suaminya sepanjang waktu, dan utang melilit gara-gara membeli bir melulu.
Suasana ifthar jama’i yang akhirnya menjadi ajang mencurahkan isi hati pula

“Dear Agnieszka, saya kan juga baru jadi pemeluk agama Islam. Saya tak mengerti bagaimana cara membimbingmu bersyahadat, tunggulah sampai Suamiku pulang kerja… Saya telpon dia sekarang,” ucap Ummu Sofia kala itu.

Butir-butir keringat malah membanjiri tubuh dan muka Agnieszka, ‘lucu dan aneh’, padahal cuaca dingin sekali pada saat itu. Agnieszka bilang, “Kalau beberapa jam lagi saya mati, tapi belum masuk Islam, alangkah ruginya saya. Saya harap Suamimu segera datang, saya tidak tahan lagi, saya harus menjadi Muslimah sekarang juga!” bagaikan orang yang sedang berada di ruang ICU sebuah rumah sakit, Agnieszka yang tampak risau berkomat-kamit, mengulang-ulang kalimat tersebut. Seorang brother cepat mengingatkan Abu Sofia agar segera pulang ke rumah, seorang Agnieszka tentu berada di ujung kebingungan sekaligus puncak kerinduan saat telah memasuki cahaya hidayah-Nya, tidak boleh ditunda-tunda lagi jika melakukan perbuatan baik menuju keamanan diri di dunia dan akhirat.


Artikel lengkapnya baca di Eramuslim-Kisah, link berikut :-)

Terima kasih atas iringan do’a, salam ukhuwah dari Krakow. Wallahu’alam bisshowab.

Sunday, September 11, 2011

Muallaf Krakow Berbagi Kisah (2) : Tertarik Islam Karena Senang Membaca

Satu setengah jam dari Krakow jarak ke kotanya, ia menggunakan mini-bus menuju masjid Krakow agar dapat berbuka puasa bersama. Kamila namanya, si cantik yang pemalu. Ramadhan 1432 Hijriyah ini adalah Ramadhan keempat bagi Kamila. Bayangkanlah, ‘betapa sepinya’ tiga Ramadhan lalu yang telah dilewati, ia makan sahur dan berbuka puasa sendirian saja. Saya salut dan bangga pula pada saudari kita ini.

Kamila berujar, “Sebenarnya sejak kecil saya telah tertarik pada Islam. Jujur dalam hati, saya merasakan keanehan akan ajaran ‘tuhan anak-tuhan bapa’ di agama saya dahulu. Juga saya merasa dibohongi akan kehadiran Sinterklas, Peri Gigi, dan sejenisnya itu. Akhirnya saya lampiaskan dengan gaya gaul awut-awutan, saya merasa tak mengenali jati diri sendiri…” suara Kamila sangat pelan, lemah lembut, dan bahasa Inggrisnya masih kurang lancar.


Mamanya sangat prihatin dan ‘hampir putus asa’ dengan keadaan dirinya, nilai sekolahnya merosot, dan ia tampak bandel. Ia tak mau diajak ke Gereja karena setiap ia punya pertanyaan tentang ‘hal-hal aneh’ di hatinya, selalu tak mendapat jawaban yang memuaskan. Apalagi tentang arah tujuan hidup, masa’ sih hidup ini cuma mengalir begitu saja, kemudian jika berbuat dosa, sudah ‘ditanggung’ oleh Tuhan? itu salah satu contoh pertanyaan yang berasal dari nurani terdalam.

Suatu hari di sekolahnya ada Guru baru, Guru ini seorang Muslim, mengajar bahasa Arab sebagai salah satu program bahasa asing yang baru diuji-coba di sekolah. Hanya beberapa bulan Sang Guru menetap di kota itu. Namun karena Kamila hobi membaca dan tertarik dengan Islam, maka ia mendekati Sang Guru dan banyak bertanya tentang segudang pertanyaan hatinya selama ini. “Sebenarnya saya sudah lama membuka-buka pelajaran tata cara sholat, di Internet…” ujarnya pada Sang Guru. Sang Guru kaget, dan ia melihat sikap Kamila memang sangat antusias, Kamila selalu serius bertanya-tanya tentang apapun yang berkaitan dengan Islam, ia berdiskusi dengan Gurunya, bahkan ia mengikuti forum diskusi keislaman di beberapa situs dakwah internasional. Termasuk diskusi tentang ‘kenapa Islam disudutkan atas banyaknya kasus terorisme, padahal pada kenyataannya pelaku terorisme bukanlah Muslim!’, Kamila mengambil kesimpulan bahwa orang-orang pembenci Muslim merupakan biang kerok fitnah yang keji tersebut.

Ia bilang kepada Ibunya, “Mama… saya minta maaf akan kebandelan saya selama ini. Tapi ketahuilah, selama ini memang saya tidak yakin dengan agama yang mama ajarkan…”

Seperti biasanya, Saya share tulisan Kisah sohibku, Kamila di Eramuslim-linknya disini :-)

saat ifthaar jama'i di Islamic-Centre Krakow

Salam Ukhuwah dari Krakow (^-^)

Wednesday, September 7, 2011

Muallaf Krakow Berbagi Kisah (1) : Tertarik Islam Karena Hijab Muslimah

ia sangat menyukai anak-anak...



Baru bisa sharing sekarang, :-)
Terima kasih banyak atas kunjungan ke blog sederhana ini, atas email-email dan salam persahabatan dari pembaca semua , (^-^)

Allahu Akbar! “It's very amazing moment when I am beside you, my sister…Masya Allah… Ya Allah…I am very happy…” kalimat itu berurai dari mulut seorang Aysha—nama hijrah seorang Joanna. Tak henti-hentinya ia memelukku, mencubit pipiku, menggendong anak-anakku (dua putra saya yang masih batita) secara bergantian, ekspresinya begitu sumringah. Sulungku yang hampir berusia delapan tahun mengarahkan kamera ponsel kepada kami, sesuai permintaan Aysha yang tampak bergembira karena bisa berkumpul bersama saudari muslimah untuk berbuka puasa bersama di masjid Krakow.


Wajar saja ‘seheboh’ itu sikap Aysha, ibarat ‘fresh from the oven’, semangatnya memang sedang menjulang tinggi, mengaliri ketulusan jiwanya yang baru beberapa bulan lalu menjadi Muallaf. Ramadhan 1432 Hijriyah ini adalah Ramadhan pertamanya. Ia bertutur, “Sebenarnya hati saya sudah condong kepada Islam sejak beberapa tahun silam. Tapi sister, saya baru mantap bersyahadat di akhir tahun lalu, dan secara resmi tercatat kemusliman saya adalah beberapa bulan lalu, sejak saya sudah berusia delapan belas tahun.”

Dimulai dengan perkenalannya akan forum diskusi remaja yang membahas tentang agama di sebuah situs Internet, ada seorang teman yang mengirimkannya hadiah berupa Al-Qur’an lengkap dengan terjemahannya berbahasa Inggris. Agar dapat memperlancar bahasa Inggris, ia pun tertarik membaca ‘buku’ itu. Namun hal yang membuat hatinya lebih berdebar adalah ketika kemudian keluarganya berlibur ke sebuah kota di Mesir, disana terasa kental suasana Islami, terutama di rumah keluarga sang teman (yang ia kenal melalui dunia maya pula). Diam-diam hatinya berkata, “Saya mau menjadi ibu yang anggun dan baik hati seperti ibunya teman saya ini…” ibu yang dilihatnya adalah seorang muslimah berpakaian menutup aurat, lengkap dengan cadar/niqob. Sang Ibu yang begitu cekatan melayani tamu-tamu di rumahnya serta sangat ramah dan penyabar ketika menghadapi anak-anak kecilnya yang selalu aktif dan ‘heboh’.

Ia utarakan kepada orang tuanya bahwa ia sangat tertarik pada Islam, dan saat itu orang tua masih belum menanggapi secara serius. Dalam pencariannya menuju hati yang mantap, Aysha melanjutkan bacaan terjemahan Al-Qur’an, belajar sholat secara on-line dengan teman Muslimnya, dan ia mulai banyak bertanya di forum tanya-jawab tentang Islam.

Aysha hanya tinggal dengan seorang kakak lelaki dan mama mereka, sementara papanya telah berpisah, dan sudah lama tinggal di kota lain. Namun mama dan papanya tetap menjalin hubungan pertemanan, dan suatu hari beberapa bulan lalu ketika orang tuanya memutuskan liburan ke Mesir lagi, Aysha bilang, “Saya ikut kesana, sekalian ingin bersyahadat di masjid…”

Lanjutannya baca di Kisah-link Eramuslim berikut yah :-)

Buah mangga buah kedondong,
Usai dibaca, turut dido'akan donk... :-)


Salam ukhuwah, syukron jazzakumulloh khoiru jazza, Barokalloh always! (^-*)