Tuesday, October 11, 2011

Muallaf Krakow Berbagi Kisah (5) : Muslim, Bersih Raga dan Jiwa




Diawali dengan rasa jijik, ternyata membuahkan sinar hidayah-Nya di hati Habibah. Sister ini sangat jijik dengan ‘tradisi’ keseharian teman-temannya, misalkan orang-orang sekelilingnya makan sambil jalan (tangan kiri pula! Atau sambil menyuapi anjing pula!), menyapa dengan siapa pun saling cium pipi meski bukan mahram, bergonta-ganti pasangan tanpa resmi menikah, dll.

Sejak kecil, Habibah sangat memperhatikan kebersihan. Ia lebih nyaman menggunakan tangan kanan kalau makan, dan tangan kiri untuk keperluan di kamar mandi. Sister Habibah mengenal Islam ketika berhasil membaca berbagai informasi rukun islam dan tentang kehidupan muslim di internet, Krakow memang amat minim orang muslim, sebab kota ini dulu tidak ‘tersentuh’ kekhalifahan Utsmani sebagaimana kota lain di Eropa yang banyak dihuni muslim Turki, atau bangsa Arab.

Sungguh Maha Hebat, Duhai Allah… siapa pun yang dikehendaki-Nya untuk memperoleh cahaya Islam, maka pastilah ada jalan petunjuk itu, datang dengan berbagai cara. Sister Habibah merasakan cahaya Islam datang langsung melalui bisikan hati, ia ‘menemukan info’ tentang keislaman dengan mencari tahu sendiri. Salah satu kalimat yang paling menyindir hatinya adalah sebuah pertanyaan di forum anak muda luar negeri, “Kenapa muslim dilarang berkencan?” dan ada pertanyaan lain, “Kenapa muslim tidak boleh berciuman?”. Ketika itu nuraninya sangat penasaran, “oooh, muslim itu agama apa yah? Kenapa muslim tidak boleh berkencan yah? Trus, bagaimana cara berkenalan dalam aturan muslim yah?...”, dan lain sebagainya, pertanyaan-pertanyaan beruntun jadi berlanjut memenuhi pikirannya. Ia sangat tertarik membaca jawaban muslim dalam hal itu, bahwa ‘hubungan yang halal adalah pernikahan’, tak ada istilah kencan atau sejenisnya, membuat ia terkejut tatkala mengetahui bahwa urusan “jabat tangan ataupun cium pipi dengan nonmahram ternyata haram”. Ia jadi makin sering membaca literatur islam.

Pencarian dengan motivasi nurani sendiri tanpa teman muslim di areanya memang sudah digariskan-Nya sebagai jalan bagi Habibah dalam memperoleh ilmu dan hidayah-Nya. Padahal waktu itu Habibah masih remaja, ia tidak pernah memakai gaun-gaun ‘trendy alias sejenis kaos bertali tanpa lengan’, ia jijik memakai pakaian yang terbuka-buka demikian, lalu di tingkat satu selevel SMA, ia pergi ke kota lain yang memiliki Islamic-Centre. Ia katakan kepada muslim yang ada disana, “Saksikanlah Saya adalah muslimah, Saya sudah tau rukun-rukun islam, dan dengarkanlah sekarang saya sudah lancar melafadzkan syahadat…”, semuanya terharu. Bahkan Habibah menyiapkan syal dan ia lilitkan pada kepalanya, syal panjang itu menutupi auratnya terjulur rapi dibawah dada. Subhanalloh…

Bagi Habibah, ia rasakan sebenarnya sejak lahir ia adalah muslimah, namun orang tua-lah yang mengajarkan tentang agama selain Islam tersebut. Berkali-kali ia utarakan, bersyukurlah bagi kalian yang nenek moyang, orang tua, dan saudara-saudari kandung telah memeluk islam sejak lama. Sementara dirinya yang amat menyayangi keluarga, merasa masih bersedih hati karena keluarga kandungnya bukan muslim. Adiknya yang menginjak usia remaja bahkan jauh ‘terbang’ hidup bebas terbawa arus pergaulan remaja masa kini.

Allah SWT berfirman, yang bermakna, “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS.Ali-‘Imran[3]:83). Sister Habibah amat kagum tatkala mengetahui bahwa kitab suci Al-Qur’an tak pernah berubah atau dirombak-rombak isinya, sebagaimana kondisi bible. Serta yang bersujud dan memuji nama Allah ta’ala bukan hanya manusia, melainkan juga makhluk lain ciptaan-Nya, hewan-hewan, tumbuhan, seluruh isi jagat raya ini bertasbih, mengagungkan Allah ta’ala, Sang Maha Pencipta, Maha Kuasa.

Ia pun merasa wajar jika ‘cap eksklusif’ sering dilabelkan kepada umat Islam, sebab muslim dan muslimah senantiasa menjaga kebersihan, bersih jiwa dan raga. Kita dididik untuk menjaga kehalalan rezeki, makan makanan halal dan baik, minum air bersih, susu segar dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Aturan Islam sangat komplet, kita berdo’a sejak bangun tidur hingga akan tidur kembali. Kita diajarkan bersuci dengan mengikuti sunnah rasul-Nya, ada tata cara mandi junub, berwudhu, tata cara bergaul, adab-adab berteman, tidak berbaur antara wanita dan pria, dan lain sebagainya. Selanjutnya, jika banyak terjadi penyimpangan sikap dan prilaku muslim, melanggar rambu-rambu-Nya, maka yang salah bukanlah agama atau aturan Islam-nya, melainkan tergantung pada pribadi-pribadi muslim yang menjalani. Meskipun bertebaran muslim di berbagai sudut bumi, belum tentu merupakan mukmin, kalau disaring ‘jumlah insan yang berkualitas taqwa’, tentu lebih sedikit dari keseluruhan umat Islam. Dimana pun jua, orang non-muslim bertebaran memamerkan aurat, menjual makanan non-halal serta meneguk minuman beralkohol, dan godaan lainnya.

Habibah yang belia menggunakan hijabnya di sekolah, ternyata teman-teman wanitanya banyak yang tertarik dan bertanya tentang agama Islam. Beberapa adik kelasnya yang berprestasi pun akhirnya mengikuti jejak hidayah itu, subhanalloh, perlahan akhirnya Saya jadi mengenali sister lainnya satu-persatu, ternyata banyak muallaf di Krakow! Saya kagum pada perjalanan ‘pencarian Tuhan’ bagi mereka, sisters dan brothers yang masuk Islam ini biasanya sangat cerdas dan berprestasi, bahkan ada sejenis sebutan di dunia psikologis yang menggambarkan ‘sedikit gila’ bagi kaum cerdas yang memiliki perubahan emosi sangat cepat seperti mereka. Mereka biasanya akan terlihat lebih dewasa saat bicara, terbukti dengan kemantapan hati tatkala berislam.

Baca lanjutan pesan sister Habibah di Kisah-Eramuslim, link berikut ini saja yah :-)

#Sarapan minum susu jadi makin segar, Didoain dari jauh jadi makin tegar#


Salam Ukhuwah dari Krakow, Barokalloh always.... (^-^)

No comments:

Post a Comment