Kamila berujar, “Sebenarnya sejak kecil saya telah tertarik pada Islam. Jujur dalam hati, saya merasakan keanehan akan ajaran ‘tuhan anak-tuhan bapa’ di agama saya dahulu. Juga saya merasa dibohongi akan kehadiran Sinterklas, Peri Gigi, dan sejenisnya itu. Akhirnya saya lampiaskan dengan gaya gaul awut-awutan, saya merasa tak mengenali jati diri sendiri…” suara Kamila sangat pelan, lemah lembut, dan bahasa Inggrisnya masih kurang lancar.
Mamanya sangat prihatin dan ‘hampir putus asa’ dengan keadaan dirinya, nilai sekolahnya merosot, dan ia tampak bandel. Ia tak mau diajak ke Gereja karena setiap ia punya pertanyaan tentang ‘hal-hal aneh’ di hatinya, selalu tak mendapat jawaban yang memuaskan. Apalagi tentang arah tujuan hidup, masa’ sih hidup ini cuma mengalir begitu saja, kemudian jika berbuat dosa, sudah ‘ditanggung’ oleh Tuhan? itu salah satu contoh pertanyaan yang berasal dari nurani terdalam.
Suatu hari di sekolahnya ada Guru baru, Guru ini seorang Muslim, mengajar bahasa Arab sebagai salah satu program bahasa asing yang baru diuji-coba di sekolah. Hanya beberapa bulan Sang Guru menetap di kota itu. Namun karena Kamila hobi membaca dan tertarik dengan Islam, maka ia mendekati Sang Guru dan banyak bertanya tentang segudang pertanyaan hatinya selama ini. “Sebenarnya saya sudah lama membuka-buka pelajaran tata cara sholat, di Internet…” ujarnya pada Sang Guru. Sang Guru kaget, dan ia melihat sikap Kamila memang sangat antusias, Kamila selalu serius bertanya-tanya tentang apapun yang berkaitan dengan Islam, ia berdiskusi dengan Gurunya, bahkan ia mengikuti forum diskusi keislaman di beberapa situs dakwah internasional. Termasuk diskusi tentang ‘kenapa Islam disudutkan atas banyaknya kasus terorisme, padahal pada kenyataannya pelaku terorisme bukanlah Muslim!’, Kamila mengambil kesimpulan bahwa orang-orang pembenci Muslim merupakan biang kerok fitnah yang keji tersebut.
Ia bilang kepada Ibunya, “Mama… saya minta maaf akan kebandelan saya selama ini. Tapi ketahuilah, selama ini memang saya tidak yakin dengan agama yang mama ajarkan…”
Seperti biasanya, Saya share tulisan Kisah sohibku, Kamila di Eramuslim-linknya disini :-)
saat ifthaar jama'i di Islamic-Centre Krakow
Salam Ukhuwah dari Krakow (^-^)
No comments:
Post a Comment