Di Tramwajem (kereta api listrik yang cepat dan tertib, di Krakow) yang sudah direnovasi selalu ada beberapa layar televisi yang terletak di langit-langit atas ujung tiap gerbongnya. Para penumpang disuguhi cerita pendek pelawak yang berpantomim, iklan layanan masyarakat tentang info pariwisata, proyek baru kota, peringatan membagi jenis-jenis sampah, dll, atau juga informasi kesehatan dan info rute Tramwajem tersebut.
Saya jatuh hati pada iklan ajaran moral buat masyarakatnya yang selalu diputar-putar ulang, ditampilkan kisah nyata seorang nenek bernama Halina, sudah keriput, bungkuk, tertatih-tatih dengan tongkatnya. Pani Halina melamun di depan televisi usangnya seraya tampak menyesali diri. Di layar yang ditontonnya adalah kisah yang sama persis dengan masa mudanya dahulu, sebagai Halina muda penari telanjang di berbagai bar terkenal. Halina yang setiap hari bergelimang uang, sibuk menghabiskan harta untuk shopping baju model terbaru, alat-alat make-up, urusan ke salon, bergonta-ganti warna rambut, juga bergelas-gelas minuman beralkohol masuk ke perutnya. Dan entah berapa bungkus rokok ia hisap per-hari yang juga plus sejenis narkotika di dalamnya. Halina tua menitikkan air mata, lalu perlahan ia seka dengan gundah. Ia raba kaki dan lengannya, kulit-kulit rentanya dengan ragam bintik hitam yang dulu sangat kencang dan asyik dipamerkan dengan tawa renyahnya, semakin mengingat usia mudanya yang telah berlalu, maka makin deraslah air matanya.
... silakan lanjutkan bacanya di catatan Kisah-Eramuslim link berikut ini yah, teman-teman...
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr [103] : 1-3)
Salam ukhuwah dari kami@Krakow... Barokalloh always, amiin...