Friday, May 6, 2011

Betapa Dekatnya Pertolongan Allah





Secuil curhat....Lagi-lagi terkejut, Betapa dekatnya pertolongan-Mu...

Semoga Allah ta'ala senantiasa melimpahkan tambahan ilmu-Nya kepada kita semua, amiin...

Hari-hari yang penuh hujan di awal musim semi. Dua minggu lebih, kami di Krakow sedang memiliki permasalahan nan kompleks, sibuk luar biasa. Selain sulitnya bergerak akibat usai terpeleset di lantai sehingga aliran darah tidak lancar dan mengharuskanku bolak-balik ke dokter, anak-anak pun sedang flu berat saat pergantian musim. Terbayanglah ribetnya urusan dalam rumah karena di awal mei, kami berencana menempati appartemen yang baru, sedangkan urusan packing di appartemen lama masih berjalan sekitar 20 persen. Dan liburan panjang dengan suhu yang masih naik-turun menyebabkan stok makanan di rumah menipis, tak ada kedai atau supermarket yang buka.

Seminggu sebelum itu sebenarnya adalah suasana yang lumayan membahagiakan bagi muslim Krakow, sebab perjuangan mewujudkan sebuah masjid di kota ini sudah memiliki titik terang. Hanya dikarenakan liburan panjang di hari yang disebut-sebut perayaan paskah bagi kebanyakan penduduk sini, maka pemasangan listrik di ruangan masjid masih tertunda. Insya Allah, di rubrik berita, hal ini akan saya infokan tersendiri.

Saya sangat terkejut atas peristiwa yang baru-baru dialami oleh kami sekeluarga ini. Sebut saja si Gabi, pemilik appartemen yang kami sewa di sini, tiba-tiba tanpa ba-bi-bu datang dan menggeledah appartemen yang kami tempati, tanpa mempedulikan rasa keberatan saya (selama ini jika kita ingin bertamu atau akan bertemu dengan teman-teman, rekan kerja, kolega dll, pastilah harus memiliki “janji waktu untuk pertemuan tsb”, sebagai tanda saling menghormati jadwal masing-masing, maka di hari itu adalah seolah saya menghadapi orang sinting). Tepat beberapa hari lalu di masa kekagetan luar biasa itu, Mama Si Gabi ‘ujug-ujug’ masuk mengatakan hanya mau melihat-lihat balkon, (namun dari balkon, dia leluasa melihat seisi rumah kami, ruang tamu dan kamar tidur, kala itu dihuni tumpukan kardus yang baru saja saya packing).

Karena ada suasana berantakan kardus-kardus tersebut, dia tunjukkan rasa emosinya, Mama Gabi marah-marah dalam bahasa Polish sambil membanting rice-cookerku, dia berteriak-teriak mengatakan bahwa percikan air bekas menanak nasi telah merusakkan dinding appartemen tersebut.

Kepada Gabi, Saya dan suami menjelaskan bahwa suatu hal yang lumrah kalau kardus-kardus menumpuk, sebab memang kami akan pindah dari situ dan sedang beres-beres. Juga, saya katakan pada Gabi, bukankah saya bisa membayar ganti rugi cat dinding (kira-kira diameter percikan air bekas rice-cooker tsb adalah sekitar 10 cm), namun rasanya si mama Gabi tidak perlu berteriak-teriak tanpa juntrungan seperti itu. Entah kenapa, sepertinya penjelasan Gabi kepada mamanya tidak dipahami dengan baik, Mama Gabi termasuk ‘mantan komunis’ yang memang punya latar belakang hidup yang kurang baik di Krakow ini. Sungguh situasi ketika itu adalah sangat konyol, berhadapan dengan orang jahil yang tidak mau dikritik atas kejahilannya. Padahal selama ini, kami selalu berprasangka baik terhadap mereka, terutama pada ketidak-ramahan si mama Gabi. Namun hari itu, dia makin menjadi-jadi, dia yang sudah berusia manula, sambil mengomel (yang saya tak paham maksudnya), lalu menghidupkan sebatang rokok dan mondar-mandir di appartemen kami dengan mengepul-ngepulkan asap rokoknya. Dan itu adalah pelanggaran hukum, tapi dengan cueknya dia tetap bersikap tak sopan. Kesimpulan yang kami tarik atas kronologis di hari itu adalah Gabi dan mamanya ini “tidak rela” kehilangan biaya sewa atas kepindahan kami, dan mereka tak rela pula mengembalikan uang deposit yang kami punya.

Hffffiuh.... lanjutkan bacanya di link-Kisah Eramuslim yang kita cintai yah, teman-teman... (^-^)

Jangan mundur selangkah pun dalam rasa optimis kepada Allah SWT, salam ukhuwah dari old-town Krakow... :-) barokalloh always, my brothers and sisters! amiin ya Robbi...

No comments:

Post a Comment