Hasby Robbi Jalallah
Mafi qalby Illallah
Alalhadi Shalallah
Laa Ilaa ha Illallah
Di tengah perjalanan nafas kehidupan nan harus selalu kita syukuri, sering kali kita memiliki hati yang lapang dengan kesyukuran yang selalu bertambah saat berjumpa dengan saudara-saudari lain yang sudah merasakan ujian nan lebih dahsyat dari pada yang kita rasakan. Begitulah dengan diri ini, ketika atas kelalaianku sendiri terpeleset di lantai, serta seabrek problema jangka pendek yang harus segera diselesaikan, sungguh beruntung masih dapat menyempatkan diri mendengar keluh kesah dari sahabat dan teman-teman yang jauh.
Tak kusangka Ibu Tika yang penyabar dan selalu berprilaku lemah lembut serta penuh keyakinan diri, saat ini sedang kalut dan merasa ‘hancur’ hidupnya, permasalahan yang menyangkut hubungan antar-keluarga besarnya telah membuatnya sedemikian rapuh. Kala beliau telah begitu banyak menghabiskan energi, waktu, harta dan curahan kasih sayang buat keluarga besar serta para tetangga, ternyata balasan dari ‘yang dibantu’ malah kedengkian dan fitnah yang keji buatnya. Bu Tika merasakan amat terpukul, sebab fitnah memang biasanya lebih kejam dari pembunuhan.
Prihal kecewa juga pernah diungkapkan Bang Sato, selama ini ia merasa telah berbuat kebaikan yang amat banyak, siapa saja yang membutuhkan selalu ia bantu dengan segera. Namun tatkala bisnisnya mampet, kemudian ia harus gulung tikar dan memulai bisnis kecil-kecilan yang baru, ia merasa gemas dan kesal melihat orang-orang yang biasa menikmati bantuannya malah saat itu tak peduli akan kesulitannya. Bang Sato merasa bahwa ketika ia membantu seseorang, selalu penuh pengorbanan dan memaksimalkan bantuannya. Sedangkan di saat ia berhadapan dengan kesulitan dan perlu bantuan seperti masa ini, maka yang ia lihat, teman-teman atau saudara dekat yang dimintai bantuan seolah dengan mudah mengatakan ‘tak bisa’ tanpa mengoptimalkan usaha membantunya. Mungkin perasaan nurani Bang Sato itu pernah pula terjadi pada diri kita semua.
Demikian pula seorang Fulan, yang terbiasa ringan tangan menolong teman-temannya, selalu jadi orang pertama yang turun tangan ketika diperlukan siapapun orang di sekitarnya, lalu di suatu ketika ia yang sedang urgen membutuhkan pertolongan, malah merasa ‘dicuekin’ teman-temannya, duh sungguh perih hatinya, Fulan merasa amat bersedih.
Dan beruntung ketika berjumpa Ummu Izzah, seorang wanita berdarah Palestina, seolah bab tentang keikhlasan dalam menyandarkan hidup pada-NYA, kembali diajarkan oleh sister yang satu ini. Ummu Izzah amat jarang keluar rumah, suaminya adalah student, dari daerah tepi-barat, mereka berhasil merantau ke old-town Krakow, karena sang suami memperoleh bea siswa untuk melanjutkan pelajarannya. Kita sudah tau bagaimana ‘panasnya’ situasi di tanah Palestina, dan ternyata hal itu tidak menyurutkan secuil pun langkah kaki untuk maju dan berprestasi bagi muslimin di sana.
Lanjutkan baca di link oase iman-Eramuslim ini yah, saudara-saudariku, :-)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah [94] : 5-8)
Semoga kita selalu dapat memetik hikmah-Nya,❤
Barokalloh always, salam ukhuwah dari Krakow! (^-^)
No comments:
Post a Comment