pic : suasana taman kota tua- Krakow, saat musim panas dipenuhi orang berlalu lalang, jalan santai atau dengan mengayuh sepeda ❤
Assalamu'alaykumwrwb... Tahmid wa sholawat,
semoga dapat diambil hikmah, salam ukhuwah selalu... ❤
Ada kebiasaan-kebiasaan baik yang ditularkan masyarakat Krakow pada kami, mereka lebih disiplin, terutama saat Polandia telah bergabung dengan Uni Eropa beberapa tahun lalu.
Untuk pembuangan sampah, ada kotak warna-warni yang tersedia di setiap blok appartemen, warna hijau, kuning, dan biru, kadang-kadang di tempat lain, warna kotak di cat berbeda pula.
Di depan kotak, masing-masing bergambar sebagai petunjuk pembuangan : sampah kering berupa kertas, sampah plastik dan botol plastik, serta gambar botol kaca atau barang-barang yang terbuat dari kaca. Sedangkan sampah basah ditempatkan di “ruang sampah” masing-masing appartemen.
Di persimpangan jalan setiap kali akan membuang sampah di kotak-kotak itu, saya sering bertemu seorang pak tua, ia mencari-cari botol di salah satu kotak berwarna itu. Penampilannya sederhana, tapi bersih. Sepedanya sudah berkarat disana-sini, seperti sepeda zaman tahun ’70-an kalau di Indonesia, namun beliau nampak bersemangat dengan kesibukannya setiap sore itu.
Saya teringat sepeda miniku yang menemani hari-hari zaman sekolah, sepedaku masih lebih bagus dari sepeda beliau ini, tapi di Indonesia, waduh, setiap harinya sepedaku jadi bahan olok-olok teman, “idiiih, masih juga dipake’ sepeda bututnyeee, minta beliin babe donk, kan juara satu, harusnya ada hadiah dooonk…”, dan gurauan semacam itu, tapi Saya tidak marah pada si teman meski sakit hati, orang tuaku tetaplah kubanggakan, kasih sayang mereka tak bisa diukur dengan hadiah sepeda baru donk.
Sebenarnya, di Krakow sini kadang-kadang ada pengemis, di sudut pintu galleria (mall), namun hanya satu atau dua orang, dan hanya “nongkrong” dua atau tiga jam, sebab di jam-jam keramaian turis, mereka langsung diusir oleh para polisi yang berjaga-jaga.
Di antara yang sering “nongkrong” itu, Saya ingat wajah seorang nenek, sudah tua sekali mungkin 80-an usianya, tapi alangkah sedihnya nasib di usia setua itu, ia sering berdiri di sisi “sampah pembuangan puntung rokok”, di depan pintu galleria.
Beliau tidak meminta-minta secara langsung, hanya matanya menampakkan permohonan seraya menengadahkan tangan ke setiap orang yang lewat di situ, dan jika orang tersebut hanya membuang puntung rokok, si nenek ini langsung mengambil puntung rokok tersebut sebelum apinya padam. Ia langsung menghisapnya!
“Ya Allah… sebegitu kecanduankah si nenek terhadap rokok ? Naudzubillahi minzaliik”, bisik hatiku.
Berbeda dengan lelaki tua di persimpangan itu, ia hanya sibuk mengumpulkan botol-botol di kotak, perhatiannya begitu serius pada apa-apa yang dipilihnya. Sehingga beberapa kali bertemu dengannya, anakku hafal dengan wajah bapak itu. Dan pernah beliau ikut membantu memasukkan botol-botol bekas yang kami buang ke kotak-kotak tersebut. :-)
Lanjutkan saja membacanya di link oase iman-Eramuslim ini yah, sobat-sobat :-)
Note : Maaf, akun di situs jejaring sosial dgn nama asliku, atau nama Bidadari Azzam, atau BidadariNYA Azzam bukanlah akun milik Saya. Hanya akun yang terhubung dgn profil suamiku, yang merupakan akun pribadi saya, trims.
Monday, February 21, 2011
Friday, February 18, 2011
Buat Apa Bersikap Sombong ? (bag. 1)
Assalamu'alaykumwrwb... :-)
Tahmid wa sholawat, sekedar berbagi hikmah, kita semua nanti punya "gelar" yang sama, yaitu JENAZAH :-)
pic : salah satu sudut saat pemakaman seorang Presiden, kami ikut melihat iring-iringannya dari jendela appartemen...
Selanjutnya, baca di link-kisah, Eramuslim ini saja yah, sobat-sobat tersayang...
❤
:-) Semoga bermanfaat, salam ukhuwah slalu... barokalloh with family!
Tahmid wa sholawat, sekedar berbagi hikmah, kita semua nanti punya "gelar" yang sama, yaitu JENAZAH :-)
pic : salah satu sudut saat pemakaman seorang Presiden, kami ikut melihat iring-iringannya dari jendela appartemen...
Tulisan indah itu kubaca dengan haru, “Aku berpesan kepadamu untuk membaca kisah hidup orang-orang shaleh; para shahabat Nabi, tabi’in, ahli ibadah dan ahli zuhud dari kalangan ahlussunnah. Berhentilah sejenak pada kabar-kabar mereka. Dan bacalah perjalanan hidup mereka. Karena itu akan memompa semangatmu dan menorehkan kehausan untuk meneladani mereka. Atau setidaknya membuatmu malu terhadap dirimu sendiri. Malu kepada Rabbmu saat engkau membandingkan hidup mereka dengan hidupmu. Maka tadaburilah kisah-kisah mereka. Hiduplah bersama mereka; dalam kezuhudan, kewara’an, penghambaan, rasa khauf kepada Allah, ketawadhu’an, keindahan budi pekerti dan kesabaran mereka...” (DR. ‘Aidh al Qarni, Hakadza Haddatsana az Zaman, hal : 283-384)
Para pendahulu kita yang jumlah pakaiannya bisa dihitung dengan jari, sedangkan diri ini memiliki bertumpuk-tumpuk baju di lemari, jumlah lemarinya pun banyak, kalau mau menyumbangkan, dipilah-pilih dalam waktu yang lama. Para pendahulu kita makan dan minum dengan sederhana, beralaskan tikar dan lauk-pauk sekedarnya, dan dengan sederhana seperti itu pun, mereka tetap gemar bersedekah, namun diri ini harus menuruti mood, maunya makanan ini-itu, duduk di kursi empuk atau sofa, hidangan lengkap bahkan sering tersisa banyak akibat lapar mata. Para pendahulu kita rela memiliki jam tidur yang hanya sedikit, waktu-waktu hidupnya penuh ukiran menimba ilmu, memahami Al-Qur’an dan sunnah Rasul-NYA, sujud malam tak tertinggal, dhuha pun tak terlewatkan. Sungguh hal itu menguras air mata, malu, sungguh malu dengan para pendahulu kita, yang mereka yakini bahwa mereka memerlukan Sang Khaliq untuk berlindung dan meminta rahmatNYA, agamaNYA akan tetap kokoh dan tegak dengan utuh walaupun tiada kita hadir berkontribusi di dalamnya.
Mereka yang sangat menjaga ibadah wajib serta mengoptimalkan yang sunnah, namun tetap rendah hati dan menjaga jiwa agar terjauh dari keangkuhan. Rasulullah —Shallallahu 'Alaihi Wassallam— yang merupakan “Al-Qur’an berjalan” serta dijamin Allah SWT untuk berada di jannahNYA, tidak pernah sedikit pun mencemooh atau mencela orang lain. Siapapun selalu beliau hargai meskipun kaum non-muslim. Para shahabat yang telah diberiNYA ilmu dunia akhirat pun, yang sudah punya “posisi jadi tetangga Rasulullah SAW” di surga, sedikit pun tak ada kita baca riwayat mereka berlaku sombong atau membanggakan diri.
Para pendahulu yang penuh keteladanan diri namun “kepopulerannya di zaman ini” sering terpinggirkan akibat tontonan anak muda semacam film-film remaja, group-band, penyanyi terkenal, dsb. Mereka sering berkata, “Cukuplah dengan ilmu, membuat (seseorang) takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dan cukuplah dengan kebodohan, membuat (seseorang) lalai mengingat Allah SWT”.
Namun di arus modern tanpa batas ini, Ilmu bagi seseorang bisa menjadi penggusur keimanan, penyubur kesombongan, serta pemutus urat-urat malu. Ilmu dipakai untuk mencari kekayaan semu yang banyak, semegah-megahnya. Sungguh ironis.
Selanjutnya, baca di link-kisah, Eramuslim ini saja yah, sobat-sobat tersayang...
❤
:-) Semoga bermanfaat, salam ukhuwah slalu... barokalloh with family!
Friday, February 11, 2011
Egypt.... ❤
(Freedom Egypt to support free for Palestine too, ameen)
*Only Watching and Praying*
Allahu Akbar!
Every minutes in the breaking news
Egypt and about Egypt
About protest also about freedom
About died also about hurt
About "key of word" that everyone was tired
With colonialism
Please, My Lord
Help that leader to open his eyes
Everyone must open the eyes of the heart
Especially "the true evil"
Which always devided this ummah
Only Your help, O, My Lord... We really need it
(krakow, 11 feb 2011. 4.30pm)
*Only Watching and Praying*
Allahu Akbar!
Every minutes in the breaking news
Egypt and about Egypt
About protest also about freedom
About died also about hurt
About "key of word" that everyone was tired
With colonialism
Please, My Lord
Help that leader to open his eyes
Everyone must open the eyes of the heart
Especially "the true evil"
Which always devided this ummah
Only Your help, O, My Lord... We really need it
(krakow, 11 feb 2011. 4.30pm)
Subscribe to:
Posts (Atom)